Cerita Begawan Palasara,
Batara Wisnu mempunyai istri bernama
Dewi Sri Sekar, dan berputera:
1. Bambang Srigati
2. Bambang Srinada.
Srigati menjadi raja di Medang Kemulan,
dengan bergelar Prabu Sri Maha Punggung. Dimana makanan pokok berupa beras, untuk
pertama kalinya tumbuh di Medang Kemulan. Cerita ini mengingatkan kisah cinta
Sang Hyang Manikmaya dengan Dewi Lokawati serta Dewi Permoni, yang bertukar
raga dengan Dewi Uma.
Sedangkan Bambang Srinada, menjadi
raja pertama di Wirata, yang bergelar Prabu Basurata.
Prabu Basurata memiliki
istri bernama Dewi Bremani Yuta, puteri Batara Brahma, dengan Dewi Sarasyati,
dari Dewi Bermaniyuta, berputera:
1. Basupati
2. Dewi Bramana Yeki.
Setelah mengawinkan puterinya Dewi
Bramana Yeki, dengan Parikenan. Prabu Basurata mokswa.
Parikenan akan menurunkan buyut
buyut Pandawa dan Kurawa. Parikenan
berputera Sekutrem. Sekutrem berputera Sakri, dan Sakri berputera Begawan
Palasara. Dari Begawan Palasara, lahir Abiyasa, kakek Pandawa dan Kurawa.
Prabu Basupati menjadi Raja kedua,
Prabu Basupati memiliki Permaisuri bernama Dewi Anganti, dan dari dewi Anganti,
Prabu Basupati mendapatkan tiga putera:
1. Arya Basunanda
2. Arya Basukesti
3. Arya Basumurti.
Raja berikutnya, Basunanda menjadi
raja ketiga. Prabu Basunanda beristri Dewi Swakawati, dan berputera dua orang,
1. Dewi Basundari
2. Arya Basundara.
Putera Prabu Basunanda tidak
menggantikan ayahnya sebagai raja, tetapi adiknya, yang bernama Arya Basukesti
menjadi raja yang keempat menggantikan Prabu Basunanda. Prabu Basukesti
beristrikan Dewi Pancawati, dan mempubyai putera tiga orang yaitu,
1. Dewi Basuwati
2. Dewi Basutari
3. Arya Basukiswara
Pemerintahan Prabu Basukesti dinilai
paling berhasil dari raja raja sebelumnya. Namun bagi Prabu Basukesti tidak
begitu dengan kehidupannya pribadi. Ia bersedih, karena permaisuri telah
wafat, dan berganti beberapa kali, permaisuri, selalu mangkat. Karena sedihnya,
Prabu Basukesti meninggalkan Wirata, dan pemerintahan diserahkan kepada adiknya,
Prabu Basumurti untuk menggantikannya, sampai bertapanya selesai.
Setelah bertapa dan mendapatkan
seorang permaisuri seorang bidadari yang bernama Dewi Adrika, Prabu Basukesti
kembali ke Wirata, dan menjabat sebagai raja kembali.
Putera yang bernama, Basukiswara,
menggantikan kedudukan Prabu Basukesti, ayahnya sebagai raja yang kelima.
Prabu
Basukiswara beristri Dewi Kiswati, dan berputera seorang, bernama
Basukethi.
Prabu Basukethi menjadi raja yang ke enam. Prabu Basukethi beristri dengan dewi Yuki (puteri Arya Basundara) berputera dua orang,
Prabu Basukethi menjadi raja yang ke enam. Prabu Basukethi beristri dengan dewi Yuki (puteri Arya Basundara) berputera dua orang,
1. Dewi Durgandini
2. Durgandana.
Durgandana, kemudian menjadi raja
Wirata, ketujuh yang bergelar dengan nama Prabu Matswapati. Seorang raja yang
panjang umur dan paling terkenal diantara raja raja sebelumnya.
Sedangkan Dewi Durgandini, akan
memiliki sejarah dengan Kerajaan Astinapura dan menjadi nenek moyang dari
Pandawa dan Kurawa. Dewi Durgandini ini yang akan melahirkan suatu cerita yang
dahsyat, yaitu dengan terciptanya Rajamala dan Saudara saudaranya, yang
akan diceri takan secara perlahan lahan namun pasti sesuai dengan alur
ceritanya.
Setelah bertapa, Palasara,
bertemu dengan Dewi Durgandini di sungai Yamuna. Ia menjadi juru penambang,
yang membantu menyeberangkan orang orang yang akan menyeberang. Palasara tertarik
dengan kecantikan Dewi Durgandini. Namun baunya sangat amis dan busuk,
kelihatannya tubuhnya penuh dengan nanah. Begawan Palasara mencoba
mengobatinya. Keduanya berendam dalam sungai. Palasara mengobati Dewi
Durgandini.
Digosoknya dengan lembut kulit
punggung Dewi Durgandini. sehingga nanah dan lukanya menjadi bersih, Kini tubuh
Dewi Durgandini bersih dari penyakit kulit, dan baunya menjadi harum
punggungnya kelihatan bersih berkilat kilat diterpa sinar matahari.
Bagai tertantang dengan gairah,
sebagai orang muda dan masih perjaka, Palasara tidak kuat menahan gejolak
jiwanya, beberapa kali terpancar “saripati” dari tubuhnya, dan jatuh kedalam sungai.
Air “saripati” itu bercampur dengan rontokan penyakit dewi Durgandini, maka
terciptalah Rajamala. Kemudian muncul beberapa satria Kicakarupa,
Rupakica. Setatama, Dewi Rekatawati atau Dewi Ni Yustinawati, juga
Gandawana.
Kehadiran mereka, menjadikan Palasara harus mengakui menjadi puteranya. Dewi Durgandini akhirnya diperistri oleh Palasara. Dewi Durgandini, yang dikenal dengan nama Dewi Rara Amis, berganti nama dengan Dewi Setyawati. Putera angkat Palasara (Kicakarupa cs.) oleh Durgandini diantar ke Wirata, dan mereka di terima oleh Prabu Matswapati. Kebetulan Prabu Matswapati belum memiliki Permaisuri, maka Dewi Ni Yustinawati atau Dewi Rekatawati dijadikan istrinya.
Dari perkawinannya dengan Dewi
Rekatawati, atau Ni Yustinawati, Prabu Matswapati memperoleh putera :
1. Raden Seta,
2. Raden Utara,
3. Raden Wratsangka,
4. Dewi Utari.
Prabu Matswapati banyak berjasa pada
Pandawa.
1. Prabu
Matswapati menghibahkan tanah Alas Wanamarta kepada Pandawa, untul
dijadikan negara tersendiri, menjadi negeri Amartapura atau Indraprasta.
2. Tanpa
sepengetahuan Prabu Matswapati dan seluruh punggawa Wirata, menerima Para
Pandawa berada di Wirata, didalam masa pembuangannya. Selama Pandawa
mengasingkan diri di Wirata, terdapat peristiwa mencekam, dimana putera angkat
Begawan Palasara (Kicakarupa, rajamala, Rupakica) mengadakan pemberontakan
untuk menggulingkan kekuasaan Prabu Matswapati.
Namun tidak dengan peperangan,
melainkan dengan adu jago. Jago dari kanoman, Rajamala melawan jago dari pihak
Matswapati Jagal Abilawa, yaitu Werkudara yang sedang menyamar. Werkudara dapat
mengakhiri ambisi Kicakarupa dan saudara saudaranya.
Dengan tewasnya Rajamala, Kicakarupa dan Rupakica. Tanpa
disadari oleh Pandawa, bahwa mereka sebenarnya ada tali persaudaraan, mengingat
Palasara adalah ayah Kakek Abiyasa, jadi Kicakarupa, Rupakica dan Rajamala
termasuk para kakeknya Pandawa, seperti halnya dengan kakek Abiyasa. Setatama
saudara Kicakarupa diangkat menjadi patih Wirata oleh Prabu Matswapati,
mengganti jabatan yang ditinggalkan Kicakarupa. Namun Setatama belapati
membela saudara saudaranya. Setatama tewas oleh Jagal Abilawa. Demikian pula
Gandawana, saudaranya yang lain tewas melawan Jagal Abilawa.
Setatama beristri dewi Kandini, dan berputera Arya Nirbita. Prabu Matswapati tanpa mempertimbangkan pengabdian Setatama, ayah Nirbita, yang kurang baik, mengangkat Arya Nirbita puteranya, menggantikan ayahnya Setatama.
Arya Nirbita beristri dewi Kuwari anak Resi Kidang Talun dari Gajahoya, Dari Dewi Kuwari, Nirbita mendapat seorang anak bernama Arya Kawakwa. Dalam perang Baratayuda Patih Nirbita yang memimpin pasukan Wirata, tewas ketika melawan Prabu Salya.
Peristiwa terbunuhnya Kicakarupa,
Rupakica dan Rajamala, menyebabkan sekutunya, Prabu Susarma bersama Astina
menyerang Wirata. Pada akhirnya seorang Pandawa yang menyamar sebagai orang
kandhi atau banci, bernama Kandhi Wrehatnala atau Arjuna berhasil mengalahkan
serangan pasukan dari Keraajaan Trigarta dan Astina. Oleh Prabu Matswapati,
Abimanyu dengan persetujuan Para Pandawa dan Prabu Kresna, Abimanyu dikawinkan
dengan Dewi Utari Kelak dari Dewi Utari ini, akan lahir Parikesit yang akan
menjadi raja Astinapura, setelah Perang Bharata Yudha.
3. Wirata
menjadi pusat perjuangan pembebasan Kerajaan Amarta dan Astinapura, dimana
Prabu Matswapati beserta ketiga puteranya, Seta, Utara dan Wratsangka tewas
menghadapi Pandita Durna dan Prabu Salya dari Mandaraka. Untuk selanjutnya
dapat bergabung dengan Leluhur Pandawa Kurawa, Babat Alas Wanamarta dan
Parikesit lahir, dan sebagainya.
Demikian cerita dunia wayang, semoga menjadi hiburan bagi masyarakat para pecinta penyuka seni budaya yang merupakan warisan
leluhur
ini, sekaligus untuk ajang mempererat tali silaturahmi dan media informasi, dan tentunya yang tidak kalah penting
pula adalah upaya melestarikan sebagai aset budaya bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar